Riuh,
Kabut hitam menampak di segala
pandang
Dan sepi menusuk-nusuk tulang
Mengiris-iris daging ini
Menghentikan setiap aliran
darah di penghujung sel-sel kaku
Hanyalah, air mata yang masih
mengalir deras
Sementara detak jantung tak
selaras lagi
Hati pun hanya menganga,
melihat segala risau
Yang masih tersimpan rapi dalam
bungkus harapan kado
Seakan tak pernah terbaca oleh
matanya
Dan selalu,
Harus cukup puas dengan segala
tangis yang entah hentinya
Sampai-sampai,
Alirannya telah menjadi lautan
Yang menenggelamkan kenestapaan
Tenggelam,
Segalanya telah tenggelam
Dan hati masih berpikir
Tentang jantung yang
bertanya-tanya:
“Dimana aku akan bertemu siang
dan malam lagi?”